Sabtu, 19 September 2009

mohon maaf

Lebaran telah tiba.....
hore-hore...hore(lagu tasya libur telah tiba)



setelah kita menahan lapar dan haus selama 1 bulan penuh
menahan hawa nafsu...
mensucikan hati....
kini kita terlahir menjadi orang yang baru...
yang bersih....
puih kinclong...
wangi
pake surf....
sori-sori gw ngelantur...

ok lanjut

kenapa ya klo lebaran ada tradisi maaf-maafan?
keliling silahturahmi...

setiap kali lebaran gw sering denger... kata-kata
idul fitri adalah titik dimana kita menjadi suci kembali bagaimana kita terlahir seperti kertas yang bersih.


tapi gw inget kata temen gw, yang agamanya Budha.
manusia memiliki dua tabung, satu tabung dosa, stau tabung pahala. meskipun kita telah minta maaf. dosa kita tetap ga hilang. namun pahala kita tetap bisa bertambah jadi ga ada salahnya tobat....


klo di Islam gw juga ga tau itu dosa hilang semua atau tetap ada.
hehehehhee duh daasar...


sebenarnya kita juga sama aja.. meskipun udah minta maaf dan maafin tapi terkadang dendanm itu masih ada....
masih kesel gitu....

jadi maaf itu bukan berarti melupakan tapi maaf itu....
apa ya...
kok jadi bingung....

Kamis, 10 September 2009

Hmmmp

Eh gw ada cerpen baca ya....
“Hmmmph…..” aku menghela nafas panjang. Perasaan sedih , takut, marah, kesal tercampur menjadi satu.. Gilang, pacar pertamaku yang sangat aku sayangi membuat aku cemburu. Dia dekat dengan Anne kandidat ketua osis tahun ini. Mungkin sebenarnya ini bukan salah Gilang, tapi berhubung Anne meminta bantuan Gilang untuk menjadi juru bicaranya. Aku tidak bisa melarangnya. Gilang cowok manis bermultitalenta mengapa bisa menjadi pacar ku?. ”Shinta bodoh!!” aku memaki diriku. Seharusnya aku bangga punya pacar seperti Gilang. Tapi itu membuat aku khawatir.
Aku di banding Gilang berbeda sangat jauh. Gilang itu pintar, jago matematika, lucu, bintang panggung, jago debat, bahasa ibunya bahasa Inggris pula. Semua kemampuan gilang bikin aku ciut. Matematika nilai ku selalu pas-pasan, aku kalau berbicara di depan garing ga bisa narik audiens, terus bahasa inggris ku payah pula, terus penampilanku biasa aja. Yah mungkin teman-taman bilang aku cukup pintar , tapi aku ga merasa begitu. Aku sadar diri kalau aku bodoh. Makanya aku mencoba lebih keras. Hingga memaksakan diri sampai ga punya teman. Temanku sedikit cuma 5 orang. Gilang, Sari, Anastasia, Ketsya dan Grace sisanya cuma sekadar say hello aja.
”Dari penjelasan diatas pasti bingung kan kenapa Gilang yang manis dan multitalenta mau jadian sama Shinta yang bodoh. Kenapa ga sama Anastasia aja yang cantik? Setidaknya banggakan bisa gandengan sama cewek cantik. Dibanding sama aku. Udah jelek, bodoh, item pula. Duh jangan hidup deh mendingan. ” aku kembali merutuki diriku sendiri. Gilang bilang aku berbeda dari cewek lain yang dia kenal. Kalau aku itu bisa mengerti perasaan Gilang, bisa memahami perasaan Gilang, dan punya wawasan yang luas. Karena aku bisa nyambung kalau Gilang cerita tentang Indonesia beserta kemiskinannya dan aku punya pemkiran yang berbeda dari orang lain. Aku jadi teringat mengapa aku bisa jadian.
”Orang lain mungkin kasihan dengan pengemis di jalan. Namun justru pedagang asongalah yang patut diacungi jempol, mereka pejuang sejati. Tanpa menggerutu kepada pemerintah, tanpa menunggu belas kasihan orang lain, tanpa merengek-rengek menjual doa, mau bergerak memperjuangkan hidup untuk makan anak dan istrinya. Aku terharu dengan kata-kata itu, pidatonya keren ”puji Gilang, Sejak tugas bahasa Indonesia berpidato Gilang dan aku menjadi dekat. Bahkan sangat dekat. Aku mengaggumi Gilang sejak lama. Jadi aku seneng banget pas dia juga memiliki perasaan yang sama. Namun justru karena ia begitu sempurna aku jadi takut. Dia akan pergi karena aku ga bisa jadi yang terbaik.
Aku benci menjadi tipe yang pesimistis begini. Aku selalu mencoba berpikir optimis. Semua hal pasti bisa dilakukan asal mau berusaha, asal ada niat pasti ada jalan. Aku selalu mencoba menanamkan paham ini di otakku. Tapi rasa minderku susah hilang. Apa yang sebenarnya harus aku lakukan? Gilang pasti benci dengan sifatku ini. Aku ga bisa jadi yang terbaik buat dia. Apakah aku mesti ngerelaain kalau dia pergi? Aku egois......
”Shinta , kalau dia memang ga bahagia sama kamu, seharusnya kamu relaain dia pergi !!!! ” aku memarahi diriku., jangan jadikan Gilang burung peliharaan yang selalu dikurung, biarkanlah dia pergi jika dia ingin pergi. Jangan sedih..... harusnya kamu bahagiakan kalau apa yang kamu kasihi merasa bahagia. Dan seharusnya kamu percaya kalau Gilang pasti bakal setia.
Shita yang harus kamu pelajari itu cuma satu belajar lah lebih percaya diri, dan percaya kepada orang lain......